• Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Jumat, Juni 27, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Lensapublik.id
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Ekbis
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Ekbis
No Result
View All Result
Lensapublik.id
No Result
View All Result
Home Nasional

Kritik Alissa Wahid untuk Fadli Zon tentang Penyangkalan Perkosaan Massal 98 dan Sejarah

Kritik Alissa Wahid untuk Fadli Zon tentang Penyangkalan Perkosaan Massal 98 dan Sejarah

JAKARTA? Alissa Wahid, aktivis sekaligus putri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid, memberikan tanggapan tegas terhadap pernyataan politikus yang menyangkal adanya perkosaan massal dalam tragedi Mei 1998. Sikap penolakan terhadap penulisan ulang buku sejarah pun menjadi sorotan utamanya.

“Kalau di lingkungan kami, minta dibatalkan saja,” ungkapan tegas Alissa saat ditanya tentang kontroversi penulisan buku sejarah dalam acara di Jakarta. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya pengakuan serta dokumentasi sejarah yang akurat.

Pentingnya Pengakuan atas Sejarah Kelam

Merespons penyangkalan yang terjadi, Alissa menyoroti ketidakpahaman sebagian pihak tentang fakta sejarah. “Sepertinya perlu piknik jauh, bersosialisasi lebih dengan orang-orang,” tuturnya, menandakan bahwa pemahaman yang terbatas dapat membentuk opini yang keliru.

Ketidaktahuan seseorang tidak menghapus fakta-fakta yang telah terjadi. “Just because you cannot see, doesn’t mean it doesn’t happen,” sebut Alissa. Ini adalah pengingat bahwa informasi yang tidak diketahui seseorang tidak dapat dibenarkan sebagai hal yang tidak benar. Hal ini penting untuk disadari agar kita tidak terjebak dalam penyederhanaan fakta sejarah.

Data dan Testimoni sebagai Bukti Historis

Dalam konteks tragedi 1998, Alissa merujuk pada sejumlah laporan resmi yang telah mengonfirmasi adanya kekerasan seksual. “Tim Gabungan Pencari Fakta dan Komnas HAM telah memverifikasi ini,” jelasnya. Ini menunjukkan bahwa informasi tersebut bukan hanya berupa opini belaka, melainkan latar belakang yang kuat dan terstruktur.

Satu poin menarik yang diungkapkan Alissa adalah pengalamannya mendengar langsung dari sang ayah, Gus Dur, yang pernah menemui korban. “Ayah saya pernah membantu korban perkosaan sebelum mereka mengambil langkah lebih jauh,” kisahnya, menambah nuansa emosional pada pernyataannya. Kesaksian ini memberikan perspektif mendalam tentang dampak tragedi tersebut, serta pentingnya mendengarkan suara-suara korban.

Alissa juga memberikan nasihat kepada Fadli Zon, agar tidak terburu-buru dalam menarik kesimpulan. “Pak Fadli Zon, jangan melakukan lompatan kesimpulan sebelum mendapatkan informasi yang lebih lengkap,” katanya. Ini menjadi pelajaran penting bagi setiap individu untuk melakukan penelusuran fakta yang mendalam sebelum menyatakan opini.

Previous Post

Diastika Biotekindo Lakukan IPO untuk Perluas Distribusi Alat Kesehatan

Next Post

Kejari Maros Tahan Mantan Sekretaris Kominfo Terkait Kasus Korupsi Internet Rp1 Miliar

Kategori

  • Ekbis
  • Ekonomi
  • Nasional
  • News
  • Pendidikan

Recommended

Perkuat Literasi, Dorong Media Sebagai Penggerak Ekonomi Syariah Nasional

Lembaga Amil Zakat Yayasan Hadji Kalla

Perkuat Literasi, Dorong Media Sebagai Penggerak Ekonomi Syariah Nasional

Pelatihan Coretax untuk Mendorong UMKM Melek Pajak Digital di Makassar

Sidebar

Lensapublik.id

© 2025 www.lensapublik.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Navigate Site

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Ekbis

© 2025 www.lensapublik.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In