JAKARTA, Optimisme konsumen Indonesia mengalami penurunan pada Mei 2025 setelah sempat menunjukkan peningkatan pada bulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dari 121,7 di bulan April menjadi 117,5 pada bulan Mei 2025.
Penurunan ini mengindikasikan terganggunya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini serta ekspektasi untuk masa yang akan datang. Meskipun demikian, dengan nilai indeks tetap di atas 100, ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia masih berada dalam kategori optimis terkait perekonomian.
Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dan Faktor Penyebabnya
Menurut informasi dari Bank Indonesia, penurunan IKK ini dapat dikaitkan dengan penurunan di dua indikator utama, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE mengalami penurunan yang signifikan, dari 113,7 pada bulan April menjadi 106,0 pada bulan Mei 2025.
Kondisi ini menunjukkan bahwa konsumen merespons keterpurukan ekonomi yang tengah berlangsung. Mengerucutnya harapan dapat terdeteksi dari penurunan semua komponen pembentuknya. Misalnya, Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) turun ke angka 118,1 dari 121,3, sedangkan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG) juga anjlok menjadi 104,1 dari 110,2. Terlebih lagi, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) mengalami penurunan tajam, merosot ke 95,7 dari sebelumnya 100,3.
Strategi Menghadapi Pelemahan Ekspektasi Ekonomi
Di sisi lain, penurunan IEK, yang mengukur harapan konsumen, juga dapat dilihat dari menurunnya Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU) dari 137,5 menjadi 135,4 dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) dari 128,5 ke 127,8. Walaupun demikian, terdapat sedikit titik terang dengan meningkatnya Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) menjadi 123,8 dibandingkan bulan April yang tercatat di 123,5.
Meski tidak dapat dipungkiri adanya penurunan di sebagian besar indikator tersebut, Bank Indonesia melihat bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi nasional masih cukup kokoh. Hal ini tercermin dari pandangan konsumen mengenai prospek ekonomi dalam enam bulan berikutnya yang cenderung positif, meskipun dengan tingkat kehati-hatian yang lebih tinggi. Dengan demikian, penting bagi pemerintah dan pelaku ekonomi untuk merencanakan strategi yang tepat agar dapat memulihkan optimisme konsumen dan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.