• Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Minggu, Juni 29, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Lensapublik.id
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Ekbis
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Ekbis
No Result
View All Result
Lensapublik.id
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Daya Beli Menyusut, Kelas Menengah Tertekan, Gejala Perlambatan Ekonomi RI

Daya Beli Menyusut, Kelas Menengah Tertekan, Gejala Perlambatan Ekonomi RI

JAKARTA, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) baru-baru ini menerbitkan edisi Vol VIII No. 2 dari Trade and Industry Brief, yang membahas indikasi perlambatan ekonomi Indonesia di awal 2025.

Dalam laporan ini, tim peneliti LPEM FEB UI mengidentifikasi sejumlah sebab yang berkontribusi terhadap penurunan tersebut, seperti menurunnya daya beli masyarakat, penurunan kelas menengah, serta minimnya produktivitas di beberapa sektor. Hal ini terlihat dari perubahan dinamika industri dan ketenagakerjaan di tanah air.

Gejala Perlambatan Ekonomi Indonesia

Merujuk pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, Indonesia tercatat memiliki 216,79 juta penduduk dalam kategori usia kerja. Dari jumlah ini, sebanyak 153,05 juta orang, atau sekitar 70,60%, masuk ke dalam angkatan kerja. Dalam komposisi tersebut, terdapat sekitar 145,77 juta orang (95,24%) yang tergolong sebagai pekerja.

Namun, hasil riset LPEM FEB UI menunjukkan bahwa hanya 96,48 juta orang (66,19%) dari total pekerja yang memiliki pekerjaan penuh. Sementara itu, sekitar 49,29 juta orang (33,81%) terkatagori tidak bekerja penuh, kelompok ini termasuk pekerja paruh waktu, yang menganggur, serta pekerja informal lainnya. Angka ini mencerminkan potret ketenagakerjaan yang tidak seimbang di Indonesia.

Penyebab Memudarnya Struktur Ketenagakerjaan

Salah satu penyebab utama melemahnya struktur ketenagakerjaan adalah fenomena deindustrialisasi prematur. Penurunan peranan sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), stagnasi dalam produktivitas, dan menyusutnya serapan tenaga kerja di sektor ini menjadi masalah serius. Sektor industri manufaktur yang sebelumnya merupakan pilar penyerapan tenaga kerja kini berada di bawah tekanan yang signifikan.

Di sisi lain, sektor pertanian yang selama ini berfungsi sebagai penopang ekonomi rakyat juga tidak mampu bangkit dari tantangan yang ada. Berbagai masalah struktural, mulai dari ketersediaan input, teknologi yang rendah, lemahnya logistik, hingga tantangan dalam pembiayaan serta persaingan dengan produk impor menjadi halangan besar bagi sektor ini.

Laporan LPEM FEB UI juga menggarisbawahi bahwa mayoritas angkatan kerja terdiri dari lulusan pendidikan menengah ke bawah. Meskipun demikian, upaya kebijakan ekonomi dan industri saat ini belum secara khusus ditujukan untuk kelompok ini, yang dapat menambah beban terhadap ketenagakerjaan di Indonesia.

Tim peneliti mencatat bahwa sekitar 75,2% tenaga kerja, atau sekitar 108,8 juta orang, terkonsentrasi di lima sektor ekonomi utama. Sebagian besar di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai 40,76 juta orang, diikuti oleh sektor perdagangan, industri pengolahan, penyediaan akomodasi, makanan-minuman, serta konstruksi.

Kelima sektor ini menyerap hingga 87,5% dari keseluruhan tenaga kerja lulusan SLTP ke bawah dan 73,47% dari lulusan SLTA. Di samping itu, banyak lulusan SLTA juga bekerja di sektor transportasi dan pergudangan (6,47%) serta administrasi pemerintahan dan pertahanan (4,76%). Angka-angka tersebut menunjukkan konsentrasi tenaga kerja yang tidak merata dan tantangan lebih yang harus dihadapi oleh mereka dengan latar belakang pendidikan rendah.

Laporan ini memberikan penekanan pada pentingnya merumuskan ulang strategi industri dan ketenagakerjaan di Indonesia. Pemerintah diharapkan untuk merancang kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi kelompok pekerja berpendidikan rendah hingga menengah. Diperlukan juga upaya untuk mendorong produktivitas di sektor-sektor tradisional dengan memberikan investasi yang lebih baik dalam teknologi, pelatihan untuk tenaga kerja, serta insentif bagi usaha mikro-kecil-menengah (UMKM) yang banyak berperan dalam perekonomian lokal.

Previous Post

Dekan FK UNHAS Pimpin Doa Bersama untuk Perlindungan Pendidikan Kedokteran Indonesia

Next Post

Investor Tiongkok Bahas Rencana Investasi dengan Gubernur dan Apindo Lampung

Kategori

  • Ekbis
  • Ekonomi
  • Nasional
  • News
  • Pendidikan

Recommended

Perkuat Literasi, Dorong Media Sebagai Penggerak Ekonomi Syariah Nasional

Debat Penerimaan Siswa Baru Tak Berhasil, Mahasiswa Makassar Ancang-Acang Demo

Merger Grab dan GoTo Diawasi Ketat Pemerintah, Dasco: Kepemilikan Mayoritas Harus Milik Indonesia

Merger Grab dan GoTo Diawasi Ketat Pemerintah, Dasco: Kepemilikan Mayoritas Harus Milik Indonesia

Sidebar

Lensapublik.id

© 2025 www.lensapublik.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Navigate Site

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Ekbis

© 2025 www.lensapublik.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In