Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan – Keragaman budaya Indonesia selalu menarik perhatian, terutama ketika ditampilkan dalam perayaan besar. Tahun ini, Kirab Budaya Maros 2025 menampilkan lebih dari 5.000 warga yang memadati jalan utama, menghadirkan beragam pakaian adat dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 Kabupaten Maros.
Acara ini tidak hanya sebuah kirab, melainkan sebuah perayaan yang menyatukan berbagai etnis dan budaya dalam satu rangkaian kegiatan. Masyarakat berjalan kaki sejauh hampir tiga kilometer dari Rumah Jabatan Bupati Maros menuju Lapangan Pallantikang. Kenapa tradisi ini begitu istimewa? Hal ini berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya melestarikan budaya lokal dalam dunia modern.
Menyelami Tradisi dalam Kirab Budaya
Kirab Budaya bukan sekadar parade, tetapi juga upaya untuk memperkenalkan kekayaan tradisi daerah. Peserta yang mengenakan pakaian adat dari berbagai suku menunjukkan betapa kayanya dan beragamnya budaya Indonesia. Hal ini menunjukkan bukan hanya sekadar partisipasi masyarakat, tetapi juga menerima penghargaan terhadap warisan budaya lokal.
Dalam acara ini, Bupati Maros, Chaidir Syam, dan Wakil Bupati Murtazim Mansyur turut berpartisipasi, menandakan bahwa momen ini lebih dari sekadar acara tahunan. Kehadiran mereka di tengah keramaian warganya bukan hanya simbol pemerintah yang dekat dengan rakyat, tetapi juga sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal.
Kegiatan Lain yang Menarik dan Pendidikan
Kirab Budaya Maros 2025 tidak hanya diikuti oleh partisipan lokal, tetapi juga menarik kehadiran komunitas budaya dari luar negeri. Berbagai atraksi budaya dan simbol adat dari setiap daerah ikut hadir, menambah kemeriahan acara. Di samping itu, pameran keris dan badik yang menampilkan koleksi langka, termasuk koleksi istimewa milik pemimpin negara, menambah nilai edukasi yang disuguhkan dalam festival ini.
Simposium Internasional juga menjadi penutup yang tepat bagi Festival Gau Maraja. Dengan diikuti oleh 540 peserta dari 12 negara, acara ini memberikan platform bagi para peneliti untuk berbagi pengetahuan. Kehadiran tim arkeolog dari Australia semakin menegaskan pentingnya penelitian budaya dan sejarah yang berakar dari wilayah ini, terutama terkait dengan situs purba yang ada di kawasan Leang-Leang, Maros.
Dengan demikian, Kirab Budaya Maros bukan hanya sekadar perayaan ulang tahun Kabupaten, tetapi juga menjadi wadah untuk menjaga dan melestarikan identitas lokal di tengah arus globalisasi yang semakin kencang. Perayaan ini membuktikan bahwa budaya tidak hanya dapat menjadi daya tarik, tetapi juga alat untuk menyatukan masyarakat dalam keragaman.
