Penurunan Stunting di Maros – Angka stunting di Kabupaten Maros menunjukkan penurunan yang signifikan, dari 34,7 persen pada tahun 2023 menjadi 22,4 persen di tahun 2024. Ini merupakan kemajuan yang layak dicontoh, terutama karena penurunan sekitar 12 persen tersebut menjadi yang tertinggi di Sulawesi Selatan.
Capaian ini didasarkan pada data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah lokal mulai membuahkan hasil. Meskipun angka stunting di Maros sudah lebih rendah dari rata-rata provinsi yang mencapai 23,3 persen, masih ada tantangan untuk menangani masalah ini lebih lanjut demi kesejahteraan masyarakat.
Pencapaian dan Tantangan dalam Penurunan Stunting
Dalam konferensi pers yang berlangsung di Korpri Lounge, Bupati Maros, Chaidir Syam, menyampaikan bahwa penurunan angka stunting ini adalah hasil kolaborasi berbagai pihak. Namun, capaian ini tetap harus disikapi dengan serius, karena tantangan masih ada. Dalam laporan angka stunting yang ada, kasus terbanyak tercatat di Kecamatan Tanralili dengan 530 kasus, diikuti Kecamatan Turikale dan Bontoa dengan masing-masing 529 dan 493 kasus. Dengan adanya data ini, pemerintah diharapkan dapat lebih fokus dalam upaya penanganan dan penyuluhan di wilayah tersebut.
Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah kabupaten adalah mengalokasikan Rp60 miliar atau 3 persen dari APBD untuk mendukung program penurunan stunting. Anggaran ini difokuskan pada berbagai sektor, mulai dari penyediaan sarana air minum dan sanitasi, hingga pemberian makanan tambahan dan dapur sehat. Investasi ini diharapkan dapat memberikan dampak langsung pada kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.
Strategi untuk Meningkatkan Kesadaran Pola Hidup Sehat
Wakil Bupati Maros, Muetazim Mansyur, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat sebagai kunci untuk mencegah stunting. Praktik seperti memberikan ASI eksklusif, melakukan pemeriksaan rutin ke posyandu, serta menjaga gizi seimbang menjadi langkah-langkah yang harus didorong. Pemerintah daerah juga berupaya melakukan pendekatan pendidikan yang menargetkan generasi muda agar kesadaran akan pentingnya gizi dan kesehatan dimulai sejak dini.
Sekretaris Daerah Maros, Andi Davied Syamsuddin, menambahkan bahwa 74 persen dari kasus stunting dapat dipicu oleh kebiasaan merokok di rumah. Ini adalah masalah yang perlu ditangani dengan serius melalui kampanye kesehatan dan edukasi masyarakat. Selain itu, perlunya pendekatan pencegahan yang lebih awal menjadi sangat penting, seperti edukasi pranikah dan pemberian tablet tambah darah untuk remaja.
Menurut Chaidir, strategi yang baik tidak hanya menunggu anak lahir untuk mulai mendalami soal gizi. Seharusnya, perencanaan dimulai dari sebelum kehamilan, sehingga intervensi yang dibutuhkan dapat dilakukan secara lebih komprehensif. Melalui upaya yang terintegrasi ini, diharapkan angka stunting dapat terus menurun, menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan.